Regional Funding and Transaction Head BRI Regional Office 2 Pekanbaru, Tommy Salasah menyempatkan kunjungan ke Museum Sejarah Sri Serindit yang beralamat di Jl. Tok Ilok No. 31, Ranai Darat, Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Museum ini menyimpan banyak peninggalan dari berbagai negara, mengingat Pulau Natuna merupakan pintu masuk dan pusat arus singgah dan perdagangan dari berbagai negara menuju kawasan Indonesia.
Museum ini diresmikan pada 23 Agustus 2008. Museum Sri Serindit adalah museum umum, dikelola oleh Yayasan BP2SN, dan nama pengelolanya adalah seseorang bernama Zaharuddin.
Museum ini ditetapkan sebagai pusat kajian sejarah dan budaya di Natuna sekaligus pusat informasi bagi para arkeolog mengenai kawasan laut di sekitar Natuna (termasuk sejarah pelayaran dan perdagangan maritim).
Museum menyimpan lebih dari 10.000 koleksi sejarah yang ditemukan di kawasan Natuna, termasuk temuan dari laut dan daratan. Koleksi terbesarnya adalah keramik kuno (sekitar 80 %), banyak berasal dari berbagai dinasti/negara seperti dari Tiongkok (era Dinasti Song, Yuan, Ming, Qing), serta dari kerajaan di Asia Tenggara, Eropa, Persia, Jepang, India Selatan, bahkan artefak dari era kolonial dan Nusantara. Selain keramik, ada juga koleksi alat rumah tangga kuno (misalnya peralatan makan dari kuningan/tembaga), senjata tradisional (keris, pedang, parang), koin, benda perunggu/perak, batu kuno, sampai artefak prasejarah seperti kapak genggam.
Koleksi di Museum Sri Serindit menjadi bukti bahwa kawasan Natuna sejak dahulu merupakan bagian penting jalur maritim tempat perlintasan dan perdagangan internasional.

