Search

23 Oktober 2025

Kisah Djoko Susanto Mendirikan Alfamart, Dari Kios Kelontong di Pasar hingga Jadi Raja Minimarket

Redaksi

Djoko Susanto memulai perjalanan bisnisnya dari nol dan berhasil membangun Alfamart menjadi jaringan minimarket terbesar di Indonesia. Seperti apa kisah Djoko dalam mendirikan Alfamart hingga mencapai kesuksesan besar itu?

Menurut data resmi Alfamart tahun 2024, perusahaan ini telah mengoperasikan lebih dari 20.120 gerai di seluruh Indonesia.

Tak hanya itu, terdapat 3.515 gerai lain yang dikelola oleh entitas anak, serta ekspansi ke pasar internasional melalui lebih dari 2.000 gerai di Filipina, yang semuanya didukung oleh 5 pusat distribusi utama.

Dari pencapaian sebesar itu, tentu ada peran penting Djoko Santoso di baliknya.

Ia adalah sosok di balik berdirinya Alfamart, yang membangun bisnis ini dimulai dari kios kelontong kecil di pasar tradisional.

Bukan dari modal besar atau pendidikan tinggi, melainkan dari pengalaman lapangan, ketekunan, dan kemampuan membaca kebutuhan pasar.

Kini Alfamart menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Namun, semua itu berawal dari langkah kecil yang dijalani dengan penuh komitmen.

Lalu, bagaimana sebenarnya perjalanan Djoko Susanto hingga bisa membawa Alfamart sebesar sekarang? Apa saja strategi dan usaha yang ia lakukan untuk sampai di titik ini?

Perjalanan Djoko Susanto Mendirikan Alfamart hingga Bertemu Putera Sampoerna

Di balik kesuksesan besar Alfamart, ada sosok sederhana yang memulai segalanya dari nol, Djoko Susanto.

Lahir dengan nama Kwok Kwie Fo, Djoko Susanto tumbuh di lingkungan keluarga pedagang.

Ia tak sempat merasakan bangku sekolah tinggi, bahkan, ia hanya sempat sekolah hingga kelas satu SD.

Di usia 17 tahun, saat kebanyakan remaja sibuk belajar di sekolah, Djoko Susanto justru memilih untuk membantu orang tuanya menjaga kios kelontong di Pasar Arjuna, Jakarta.

Dari sinilah semuanya dimulai.

Lewat interaksi langsung dengan pembeli dan pengalaman sehari-hari di pasar, Djoko belajar tentang perdagangan, cara melayani pelanggan, hingga mengelola barang dagangan.

Singkat cerita, kerja kerasnya membuahkan hasil. Bisnis kelontongnya berkembang pesat hingga berhasil membuka lebih dari 560 gerai di berbagai pasar tradisional.

Namun, perjalanan Djoko tak selalu mulus. Pada tahun 1976, musibah datang. Kebakaran besar melanda Pasar Arjuna dan meludeskan hampir seluruh asetnya.

Sekitar 80 hingga 90 persen modal usaha hangus seketika.

Namun, alih-alih menyerah, Djoko memilih bangkit. Ia segera mencari peluang baru.

Melihat pola belanja masyarakat, Djoko Susanto mulai menjual rokok.

Perputarannya cepat, konsumennya loyal, dan marginnya stabil.

Pilihan ini terbukti tepat. Usahanya kembali berkembang, bahkan membawanya bertemu dengan Putera Sampoerna, pemilik perusahaan rokok besar di Indonesia.

Pertemuan itu menjadi titik penting. Tahun 1980, mereka mulai bekerja sama, dan lima tahun kemudian berhasil membuka 15 kios rokok di Jakarta.

Djoko Susanto bukan hanya sekadar mitra, ia ikut merancang strategi distribusi yang membuat PT Sampoerna tumbuh pesat.

Ia bahkan mendapat julukan “Dewa Rokok” karena kontribusinya dalam membawa Sampoerna ke jajaran atas industri rokok nasional.

Namun Djoko tidak berhenti di situ. Ia melihat peluang lebih besar di dunia ritel harian.

Bersama Putra Sampoerna, ia mendirikan supermarket yang awalnya bernama Alfa Toko Gudang Rabat.

Namun, pada tahun 1994, nama itu disederhanakan menjadi Alfa Minimart, yang kini kita kenal sebagai Alfamart.

Perpisahan Djoko Susanto dengan Putera Sampoerna hingga Mendirikan Alfa Midi

Perjalanan panjang Djoko Susanto bersama Putera Sampoerna berakhir pada tahun 2005, saat Putera Sampoerna memutuskan menjual seluruh aset usahanya, termasuk saham di Alfa Minimart, kepada perusahaan rokok besar asal Amerika Serikat, Philip Morris International.

Namun, Philip Morris tidak berminat melanjutkan bisnis ritel di Indonesia, sehingga saham tersebut akhirnya dilepas kembali.

Kesempatan besar pun datang bagi Djoko. Bersama investor Northstar, ia mengambil alih 70% saham Alfa Minimart dan  menjadi pemilik mayoritas Alfamart.

Pada tahun 2013, Djoko Susanto berhasil membeli seluruh saham Northstar, sehingga menguasai penuh jaringan minimarket ini.

Dua tahun setelah berpisah dengan Sampoerna, Djoko mendirikan Alfa Midi melalui PT Midimart Utama.

Berbeda dengan Alfamart yang fokus pada kebutuhan sehari-hari dengan kemasan kecil, Alfa Midi menyasar konsumen yang ingin membeli dalam jumlah lebih besar dan menyediakan produk segar, seperti sayur, buah, dan daging.

Jumlah Outlet Alfamart dan Alfa Midi

Berdasarkan data resmi Alfamart tahun 2024, perusahaan ritel terbesar diIndonesia ini telah mengelola lebih dari 20.120 gerai di seluruh Indonesia.

Selain itu, ada sekitar 3.515 gerai yang dioperasikan oleh entitas anak perusahaan.

Ekspansi bisnis pun meluas ke Filipina dengan lebih dari 2.000 gerai, yang didukung oleh lima pusat distribusi utama untuk menjaga kelancaran operasional.

Di sisi lain, Alfa Midi juga menunjukkan pertumbuhan signifikan.

Pada akhir 2017, jaringan ini memiliki sekitar 1.444 gerai yang tersebar di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.

Jaringan tersebut merupakan kombinasi gerai milik sendiri dan gerai waralaba dengan mitra.

Alfa Midi juga meraih berbagai penghargaan penting, seperti Customer Loyalty Award dari Majalah Swa dan Social Media Award dari Frontier Consulting Group, sebagai bukti kepercayaan konsumen dan kekuatan merek.

Didukung oleh lebih dari 19.000 karyawan, Alfa Midi melayani jutaan pelanggan di seluruh Indonesia, menjadikannya salah satu jaringan ritel yang mudah dijangkau oleh masyarakat luas.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan Motor Yamaha Tanpa DP, Dengan Cicilan Murah #Hanya di BRI#

Trending